Dan
di sinilah Aruna sekarang. Setelah ia bertahan hingga pelajaran ke-7, Aruna
memilih untuk bolos dijam berikutnya dan pergi ke atap auditorium. Persetan
dengan sekolahnya yang penuh tata tertib atau guru killer sekalipun. Hari ini ia sudah cukup lelah. Aruna menurunkan
celana yang ia tekuk hingga selutut lalu melepas roh abu – abunya. Kemudian
memutar musik boxnya dengan lagu sembarang, dan mulai mengikuti ritmenya dengan
gerakan-gerakan yang ia tahu. Menari adalah salah satu hal yang Aruna sukai,
baik tari tradisional maupun tarian modern ia kuasai. Menari juga tempat Aruna
untuk menuangkan isi hatinya.
“Aruna,
kamu dipanggil Bu Daryu ke ruang BP tuh.” Kata Luna sambil membawa beberapa
jajanan yang tadi ia beli di kantin. Aruna hanya membalas dengan anggukan dan
langsung pergi ke ruang BP. “Oke, tadi sudah ada Cantika, Timur, Luna lalu
sekarang Aruna.” Kata Bu Daryu setelah Aruna datang ke ruang BP. Bu Daryu
menjelaskan tentang PTN dan Prodi yang telah dipilih Aruna beberapa bulan lalu
dan tentang nilai Aruna yang kurang untuk ia memilih jurusan arsitektur.
Dan Bu Daryu pun menasehati Aruna untuk
memilih prodi lain yang ia minati dan sesuai dengan kemampuannya. Aruna tidak
mengiyakan nasehat Bu Daryu tapi tetap berterima kasih kemudian pergi ke tempat
favoritnya. Atap auditorium.
Ternyata
Luna sudah lebih dulu berada di atap auditorium sambil membawa 2 cup milkshake.
“Ngomong apa aja sih sama Bu Daryu ? Lama banget.” Tanyanya saat Aruna sudah
duduk di sampingnya. Aruna hanya menjawab dengan senyuman yang mengisyaratkan
bahwa ada yang sedang ia pikirkan. Pastinya tentang alasan tidak masuk akal
(menurutnya) dari guru BP nya tadi yang menyuruhnya untuk memilih prodi lain. Baginya
semua tak berguna jika ia melakukan sesuatu yang tak ia inginkan. Dan satu-satunya
yang ia suka selain menari adalah menggambar. Dan menjadi arsitek adalah impian
Aruna yang tak pernah ia ubah. Aruna berbincang dengan Luna cukup lama. Luna
juga memiliki masalah yang sama dengannya. Dan Luna yang tidak lebih berani
dari Aruna mengatakan bahwa setelah lulus SMA ia ingin melarikan diri saja ke
luar negeri. Luna sudah bicara dengan orang tuanya, dan mereka menyutujui
pilihan Luna untuk belajar melukis di Prancis. Walau awalnya Luna ragu apakah
ia dapat mewujudkan cita-citanya itu. Aruna meyakinkan Luna dengan pilihan yang
ia ambil adalah tepat dan pasti terwujud dengan kemampuan yang Luna miliki serta
kedua orang tuanya yang sangat mendukungnya. Ya, Aruna sangat mengetahui bakat
melukis Luna yang sangat luar biasa dan percaya bisa jadi pelukis terkenal. Bagi
keluarga Luna yang bak memiliki segalanya, itu hal yang mudah untuk diwujudkan.
Malam itu Aruna memikirkan semuanya. Memantapkan pilihan dan semua kemungkinan
maupun resiko yang akan ia dapat. Aruna telah menetapkan hatinya.
Pagi
ini Aruna tidak langsung ke kelas seperti biasa. Ia menujui gedung utama untuk
menyerahkan berkas kepindahannya dari SMA Bangkit. Aruna sudah tak bisa lagi
meneruskan sekolahnya di sana. Toh masuk ke SMA bangkit adalah keinginan
ibunya. Dan Aruna sudah mewujudkan keinginan ibunya itu walau ia tak
menyelesaikan SMA nya di sana. Ketika Aruna turun dari tangga ruang kepala
sekolah setelah menyelesaikan semuanya, Aruna berpapasan dengan Fajar, kakak
kelasnya yang juga menjadi DA yang terkenal ramah dan tegas. Sekaligus cinta
pertama Aruna. “A...Aruna kan?” sapa Fajar ketika melihat Aruna yang berjalan
berlawanan arah. Fajar cukup mengenal Aruna walau tidak dekat. Fajar adalah
salah satu DA yang bertugas menjaga sangga Aruna saat malam terakhir kemah akhir tahun. “Iya kak
Fajar.” Jawab Aruna tentu dengan senyum khasnya yang hanya ia perlihatkan
kepada orang – orang tertentu. “Kenapa nggak masuk kelas?” tanya Fajar sambil melihat tangan Aruna yang memegang
beberapa berkas. “Habis ketemu sama kepala sekolah Kak.” Jawab Aruna seperti
enggan bercerita lebih kemudian melanjutkan langkahnya. Aruna juga merasa sedih
karena kisah cinta pertamanya yang hanya berakhir seperti ini. Tapi ketika ia
menengok kembali kak Fajar yang juga meneruskan langkahnya Aruna teringat
dengan pesan dari Fajar saat Aruna bersama sangganya dan Kak Fajar berkumpul
bersama dan membicarakan tentang Indonesia. “Mencitai
Indonesia tidak selalu harus ditunjukan dengan prestasi pada nilai-nilai yang
ada di rapotmu saja. Kamu bisa mencintai dan membuat bangga Indonesia dengan
apapun yang kamu punya. Dengan caramu sendiri.” Mengingat kata-kata Fajar
tadi membuat sebuah senyuman merekah di wajah Aruna. Setidaknya Aruna dapat
melakukan apa yang kak Fajar pesan padanya walau ia tidak tahu bagaimana
perasaan Aruna kepadanya. Dan setiap langkah Aruna menjadi semakin mantap.
“Hallo
Aruna. Senang bisa bertemu denganmu.” Seorang wanita berdarah Amerika-Jepang
menyapa Aruna yang baru saja datang. Terlihat wanita itu sudah lancar bebahasa
Indonesia. “Nice to meet you too Mom.” Sapa balik Aruna dengan senyum lebar.
Wanita dihadapannya ini adalah Ibu Sponsor Aruna dari sebuah organisasi yang
membiayai anak – anak berbakat. Dan sangat beruntung karena seorang sponsor
biasanya sangat jarang menemui anak asuhnya. Biasanya mereka hanya berkirim
surat saja. “Selamat atas kelulusanmu Aruna. Saya sangat bangga dengan
pilihanmu setelah masa sulitmu.” Aruna baru saja lulus dari SMK di Surakarta
dengan mengambil jurusan seni tari. Dan keinginan Mrs. Gean bertemu dengan
Aruna adalah untuk membahas pendidikan Aruna selanjutnya. Sponsor Aruna ini
telah jatuh cinta kepada semua bakat milik Aruna. Dan ia berjanji akan
membiayai Aruna hingga impiannya terwujud. Mrs. Gean sudah memilih beberapa
universitas terbaik di Indonesia. Mrs. Gean mengambil Universitas ISI Surakarta
dan ISI Yogyakarta sebagai pilihan untuk Aruna. Mrs. Gean lebih mengarahkan
Aruna ke ISI Yogyakarta karena tari Hip-Hop nya yang sangat bagus dan ia sudah
memiliki koneksi dengan temannya di Amerika agar Aruna bisa bergabung dengan
beberapa artis yang membutuhkan penari di sana. “Mom,” Aruna masih tersenyum
ketika Mrs. Gean selesai menerangkan. “Aruna akan mengambil tari tradisi.”
Tambah Aruna. Terlihat Mrs. Gean tertegun dengan keputusan Aruna yang terdengar
sangat mantap. Sebelum Mrs. Gean bertanya Aruna lebih dahulu mengingatkan Mrs.
Gean tentang salah satu impian yang ia miliki adalah berkeliling dunia. Aruna
ingin berkeliling dunia bukan hanya untuk sekedar menari tetapi juga ingin
memperkenalkan Indonesia dengan tarinanya. Mendengar itu Mrs. Gean sangat
terharu. Sekali lagi ia telah jatuh cinta dengan anaknya ini.
Aruna
baru saja tiba di Indonesia setelah hampir 3 minggu berpartisipasi dalam
festival budaya Asia di Thailand. Sebenarnya Aruna masih ingin menghabiskan
beberapa hari untuk berlibur tetapi malam setelah festival itu berakhir, Aruna
mendapat telepon dari temannya yang menawarkan proyek sebuah teater tari
musikal yang berkisah tentang Kartini pada bulan April mendatang. Ditambah lagi
teater tari musikal itu diadakan di kota Surakarta, kota dimana hampir seluruh
impiannya ia bangun di kota itu, juga kota dimana cinta pertamanya tinggal.
Sebelum Aruna berangkat ke Jepang untuk pekerjaan pertamanya di luar negeri,
Luna sempat meneleponnya dan mereka berbincang cukup lama. Aruna mendapat kabar
mengejutkan tentang Fajar bahwa kakak kelasnya yang terkenal sangat cerdas ini
gagal diterima di fakultas kedokteran UGM. Yang lebih mengejutkan lagi Fajar
justru melanjutkan kuliahnya di jurusan Sejarah. Dan dikabarkan lagi kalau Fajar
sudah pindah ke kota Surakarta. Harapan Aruna mungkin tidak masuk akal. Tapi
Aruna sangat berharap bisa bertemu dengan Fajar.
Hari
ini adalah hari pertama latian dan persiapan untuk teater tari musikal Kartini.
Aruna begitu semangat karena akhirnya ia bisa kembali bekerja di Indonesia.
Selama ia berkarir, Aruna lebih banyak bekerja sama dengan orang asing (luar
negeri) sehingga ia justru tidak begitu mempunyai banyak teman di Indonesia. Yang
membuat Aruna semakin senang adalah ketika harapannya benar – benar terkabul.
Seorang yang selama ini ingin ia temui sekarang ada di depannya. Fajar ternyata
menjadi wakil dari jurusan sejarah UGM sebagai penasihat sejarah pada teater
tari musikal ini. Antara senang dan bingung, Aruna tidak tahu harus menyapa
lebih dahulu atau tidak. Ia merasa canggung karena selama di SMA Bangkit ia
hanya mengagumi Fajar dari jauh karena Aruna hanyalah teman dari adik sepupu
Fajar. Sampai latihan pertama berakhir pun Aruna masih bingung sikap apa yang
harus ia ambil, karena ia juga bukan termasuk kategori orang yang supel. Selesai Aruna mengganti pakaian
yang telah basah karena keringat sehabis mengajarkan koreografi kepada para
pemain tiba – tiba seseorang menyebut namanya. “Aruna kan? Hai, lama nggak
ketemu. Nggak lupa sama aku kan? Gimana kabar kamu?” Fajar menghampiri Aruna
dan menyapanya sambil menawarkan jabatan tangan. Tak lupa dengan senyum
cerianya, salah satu yang Aruna sukai dari Fajar. “Ah Hai Kak Fajar. Iya aku
baik. Kak Fajar gimana?” Aruna sedikit kebingungan saat Fajar menyapanya dan
akhirnya hanya jawaban canggung yang keluar dari mulutnya. Aruna benar – benar
tak menyangka Fajar akan menyapa lebih dulu. Tapi satu hal yang Aruna rasakan
setelahnya, ia benar – benar bahagia.
Awalnya
Aruna masih canggung untuk berbicara dengan Fajar. Namun karena sikap Fajar
yang ramah dan lebih aktif mengajak bicara Aruna, ia akhirnya merasa nyaman.
Sambil menunggu hujan deras yang disertai angin, Fajar dan Aruna menghabiskan
waktu di kafe dekat studio teater. Mereka saling berbagi kisah masing – masing
layaknya teman lama yang sudah lama tidak bertemu. Sekarang Aruna mengerti
mengapa Fajar memilih untuk melanjutkan kuliahnya di jurusan sejarah. Menjadi
dokter ternyata adalah keinginan ayahnya. Sejak dulu Fajar lebih tertarik
dengan sejarah. Namun Fajar tetap mengabulkan keinginan ayahnya. Fajar sudah
berkerja keras untuk itu, dan ketika ia mengabarkan pada ayahnya bahwa ia tidak diterima di jurusan kedokteran, akhirnya
ayah Fajar pun memberi ijin Fajar untuk memilih jurusan yang ia inginkan. “Lalu
apa yang membuatmu berani sampai meninggalkan SMA Bangkit di kelas 2 dan
menjadi penari?” setelah bercerita panjang, gantian Fajar yang bertanya.
Pertanyaan yang dari dulu ingin ia tanyakan pada Aruna saat mendengar Aruna tiba
– tiba pindah sekolah. Aruna tersenyum malu mengingat kejadian itu. Ia diam
sejenak memikirkan kalimat yang tepat untuk menjawab pertanyaan dari Fajar.
“Apa Kak Fajar ingat pesan kakak untuk sanggaku saat kemah akhir tahun?”
Aruna
dan Fajar beserta semua yang terlibat untuk teater tari musikal Kartini. Karena
acara ini adalah acara besar, semua mulai dari pemain hingga penari semangat
berlatih untuk memberikan penampilan yang terbaik pada tanggal 21 April nanti.
Walau terkadang ada beberapa bagian yang harus diperbaiki dan diubah karena
tidak sesuai dengan sejarah mereka tidak lelah untuk mengulang tiap bagian demi
bagian. Tidak hanya itu, masalah dari luar pun sempat menghambat persiapan
teater tari musikal ini. Dimulai dari bocornya naskah hingga perijinan
penyelenggaraan acara ini. Namun akhirnya semua dapat diatasi. Hingga tanggal
21 April pun tiba, semua usaha mereka pun akhirnya terbayarkan dengan tiket
yang terjual habis dan seluruh kursi penonton benar – benar terisi penuh.
Banyak pula wartawan yang memburu berita tentang teater tari musikal Kartini ini
bahkan beberapa diantaranya berasal dari negara tetangga. Aruna yang menjadi
koreografer dari teater tari musikal itu juga tak kalah diburu oleh beberapa
majalah untuk diwawancarinya. Dan disetiap wawancara, Aruna selalu mengatakan
hal yang sama. Bahwa ia menari karena kecintaannya kepada Indonesia.
Pagi
hari ini Aruna menghabiskan waktu untuk bersantai di balkon apartemennya.
Selama ia berkarir, teater tari musikal Kartini kemarinlah yang paling
membuatnya puas. Aruna kembali teringat dengan setiap perjalanan hidupnya dari
saat ia merasa tak bisa melakukan apapun hingga sampai saat ini. Juga dari awal
pertemuannya dengan Fajar hingga mereka dipertemukan kembali. Tanpa sadar Aruna
tersenyum karena memikirkan Fajar. Kegiatan Aruna membuka halaman majalah
terhenti ketika ia menemukan wajah Fajar di halaman itu. Aruna terkejut ketika
membaca artikel tentang huruf “A” sebagai keberuntungan Fajar, dan disampingnya
terlihat foto Fajar menggenggam sebuah liontin berbentuk A yang terlihat mirip
dengan miliknya yang hilang. “Aruna!” tiba – tiba Fajar sudah berada di balkon
apartemen sebelah Aruna dan langsung melompat ke apartemen Aruna. Karena Aruna
tidak kunjung membuka pintu apartemennya, Fajar akhirnya meminta ijin penghuni
apartemen sebelah Aruna untuk melewati balkonnya agar ia bisa segera menemui
Aruna karena ada yang ingin segera Fajar sampaikan sebelum Aruna pergi menemuai
Luna ke Prancis. “Ini punyamu kan?” Fajar memberikan liontin yang persis dengan
yang ada di majalah. Ternyata dugaan Aruna benar, liontin itu memang miliknya.
Tapi itu juga menimbulkan pertanyaan bagi Aruna. “Aku menjadikan huruf A
sebagai huruf keberuntungan karena A adalah inisial dari cinta pertamaku.” Jelas
fajar yang melihat Aruna membaca artikel tentang dirinya. “Cinta pertama kak
Fajar berinisial A? A untuk..” Kata – kata Aruna terhenti ketika ia menyadari
kemana arah pembicaraan tersebut. Ditambah ketika Fajar menggenggam tangan
Aruna sambil memperlihatkan senyum khasnya. “Semua orang punya cinta pertama
Aruna. Termasuk aku. Apa kamu tahu arti dari Aruna?” Aruna ikut tersenyum dan
mulai memahami apa yang ingin disampaikan Fajar. Aruna sangat tahu arti dari
namanya “Aruna adalah kusir dari Dewa Surya. Aruna adalah yang bersinar
kemerahan di pagi hari.” Jawabnya dengan mantap. “Jadi, maukah kamu Aruna,
menjadi yang bersinar kemerahan saat Fajar tiba?” tanya Fajar ketika matahari
mulai menampakan diri dan sinar kemerahnya menyinari mereka. Aruna tak bisa
menyembunyikan rasa bahagianya mendengar pengakuan dari Fajar dan langsung
memeluknya. “Ya, aku mau.”
Kami
bangga menjadi bagian dari bangsa Indonesia dengan keanekaragaman budaya dan
sejarahnya yang begitu luar biasa. Sehingga kami memiliki banyak cara untuk
mengungkapkan rasa cinta kami kepada Indonesia. Dan saya Aruna, memilih tari
sebagai wadah untuk mengungkapkan rasa syukur saya bisa lahir di negara dengan
budayanya yang begitu indah. Saya mencintai Indonesia dengan menjaga
budaya-budayanya agar tetap lestari khususnya dalam kesenian tari. Dan saya
selalu menari dengan membawa nama Indonesia.
~END~